A. SCADA Pada
Sistem Tenaga Listrik
Fasilitas SCADA
diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga listrik terutama pengendalian
operasi secara realtime. Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote
Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region Control Center), dan
jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master Station. RTU dipasang di
setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini bertugas
untuk mengetahui setiap kondisi peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan
besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm yang kemudian
diteruskan ke RCC melalui jaringan telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima
dan melaksanakan perintah untuk merubah status peralatan tegangan tinggi
melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari RCC.
Dengan sistem SCADA
maka Dispatcher dapat mendapatkan data dengan cepat setiap saat (real time)
bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat dengan cepat memberikan peringatan
pada Dispatcher bila terjadi gangguan pada sistem, sehingga gangguan dapat
dengan mudah dan cepat diatasi / dinormalkan. Data yang dapat diamati berupa
kondisi ON / OFF peralatan transmisi daya, kondisi sistem SCADA sendiri, dan
juga kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di komponen transmisi. Setiap
kondisi memiliki indikator berbeda, bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak
valid maka operator akan dapat megetahui dengan mudah.
Fungsi kendali
pengawasan mengacu pada operasi peralatan dari jarak jauh, seperti switching
circuit breaker, pengiriman sinyal balik untuk menunjukkan atau mengindikasikan
kalau operasi yang diinginkan telah berjalan efektif. Sebagai contoh pengawasan
dilakukan dengan menggunakan indikasi lampu, jika lampu hijau menyala
menunjukkan peralatan yang terbuka (open), sedang lampu merah menunjukkan bahwa
peralatan tertutup (close), atau dapat menampilkan kondisi tidak valid yaitu
kondisi yang tidak diketahui apakah open atau close. Saat RTU melakukan operasi
kendali seperti membuka circuit breaker, perubahan dari lampu merah menjadi
hijau pada pusat kendali menunjukkan bahwa operasi berjalan dengan sukses.
Operasi pengawasan
disini memakai metode pemindaian (scanning) secara berurutan dari RTU-RTU yang
terdapat pada Gardu Induk-Gardu Induk. Sistem ini mampu mengontrol beberapa RTU
dengan banyak peralatan pada tiap RTU hanya dengan satu Master Station. Lebih
lanjut, sistem ini juga mampu mengirim dari jarak jauh data-data hasil
pengukuran oleh RTU ke Master Station, seperti data analog frekuensi, tegangan,
daya dan besaran-besaran lain yang dibutuhkan untuk keseluruhan / kekomplitan
operasi pengawasan.
Keuntungan sistem
SCADA lainnya ialah kemampuan dalam membatasi jumlah data yang ditransfer antar
Master Station dan RTU. Hal ini dilakukan melalui prosedur yang dikenal sebagai
exception reporting dimana hanya data tertentu yang dikirim pada saat data
tersebut mengalami perubahan yang melebihi batas setting, misalnya nilai frekuensi
hanya dapat dianggap berubah apabila terjadi perubahan sebesar 0,05 Herzt. Jadi
apabila terjadi perubahan yang nilainya sangat kecil maka akan dianggap tidak
terjadi perubahan frekuensi. Hal ini adalah untuk mengantisipasi sifat
histerisis sistem sehingga nilai frekuensi yang sebenarnya dapat dibaca dengan
jelas.
Master Station secara
berurutan memindai (scanning) RTU-RTU dengan mengirimkan pesan pendek pada tiap
RTU untuk mengetahui jika RTU mempunyai informasi yang perlu dilaporkan. Jika
RTU mempunyai sesuatu yang perlu dilaporkan, RTU akan mengirim pesan balik pada
Master Station, dan data akan diterima dan dimasukkan ke dalam memori komputer.
Jika diperlukan, pesan akan dicetak pada mesin printer di Master Station dan
ditampilkan pada layar monitor.
Siklus pindai
membutuhkan waktu relatif pendek, sekitar 7 detik (maksimal 10 detik). Siklus pindai yaitu
pemindaian seluruh remote terminal dalam sistem. Ketika Master Station
memberikan perintah kepada sebuah RTU, maka semua RTU akan menerima perintah itu,
akan tetapi hanya RTU yang alamatnya sesuai dengan perintah itulah yang akan
menjalankannya. Sistem ini dinamakan dengan sistem polling. Pada pelaksanaannya
terdapat waktu tunda untuk mencegah kesalahan yang berkaitan dengan umur data
analog.
Selain dengan sistem
pemindaian, pertukaran data juga dapat terjadi secara incidental (segera
setelah aksi manuver terjadi) misalnya terjadi penutupan switch circuit breaker
oleh operator gardu induk, maka RTU secara otomatis akan segera mengirimkan
status CB di gardu induk tersebut ke Master Station. Dispatcher akan segera
mengetahui bahwa CB telah tertutup.
Ketika operasi
dilakukan dari Master Station, pertama yang dilakukan adalah memastikan
peralatan yang dipilih adalah tepat, kemudian diikuti dengan pemilihan operasi
yang akan dilakukan. Operator pada Master Station melakukan tindakan tersebut
berdasar pada prosedur yang disebut metode “select before execute (SBXC)“,
seperti di bawah ini:
1. Dispatcher di Master Station memilih RTU.
2. Dispatcher memilih peralatan yang akan
dioperasikan.
3. Dispatcher mengirim perintah.
4. Remote Terminal Unit mengetahui peralatan
yang hendak dioperasikan.
5. Remote Terminal Unit melakukan operasi dan
mengirim sinyal balik pada Master Station ditunjukkan dengan perubahan warna
pada layar VDU dan cetakan pesan pada printer logging. Prosedur di atas
meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan operasi.
Jika terjadi gangguan
pada RTU, pesan akan dikirim dari RTU yang mengalami gangguan tadi ke Master
Station, dan pemindaian yang normal akan mengalami penundaan yang cukup lama
karena Master Station mendahulukan pesan gangguan dan menyalakan alarm agar
operator dapat mengambil tindakan yang diperlukan secepatnya. Pada saat yang
lain, pada kebanyakan kasus, status semua peralatan pada RTU dapat dimonitor
setiap 2 detik, memberikan informasi kondisi sistem yang sedang terjadi pada
operator di Pusat Kendali (RCC).
Hampir semua sistem
kendali pengawasan modern berbasis pada komputer, yang memungkinkan Master
Station terdiri dari komputer digital dengan peralatan masukan keluaran yang
dibutuhkan untuk mengirimkan pesan-pesan kendali ke RTU serta menerima
informasi balik. Informasi yang diterima akan ditampilkan pada layar VDU
dan/atau dicetak pada printer sebagai permanent records. VDU juga dapat menampilkan
informasi grafis seperti diagram satu garis. Pada RCC (pusat kendali), seluruh
status sistem juga ditampilkan pada Diagram Dinding (mimic board), yang memuat
data mengenai aliran daya pada kondisi saat itu dari RTU.
B.
Operasional SCADA pada sistem tenaga
listrik
Pengaturan tenaga
listrik pada sistem interkoneksi dilaksanakan
oleh pusat pengaturan sistem
tenaga listrik. Dalam pelaksanaanya, pusat
pengatur sistem tenaga listrik PT.PLN
(Persero) khususnya dispatcher
membutuhkan peralatan yang berbasis
komputer sehingga data informasi
yang dibutuhkan lebih
cepat dan akurat. Sistem
pengaturan berbasis komputer yang
digunakan adalah SCADA yang
terdiri dari perlengkapan
hardware dan software.
Suatu sistem SCADA
terdiri dari sejumlah RTU (Remote Terminal
Unit), sebuah Master Station/ACC (Area
Control Center), dan jaringan
telekomunikasi data antara
RTU dan ACC. RTU
dipasang di setiap
Gardu Induk atau Pusat Pembangkit
yang hendak dipantau.
RTU ini
bertugas untuk mengetahui
setiap kondisi peralatan tegangan
tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik,
status peralatan, dan sinyal
alarm yang kemudian diteruskan ke
ACC melalui jaringan telekomunikasi data. Fungsi Sistem
SCADA pada sistem tenaga listrik. Fungsi
utama sistem SCADA
ada 3 macam :
1. Telecontrolling, yaitu
pengoperasian peralatan switching pada Gardu Induk atau Pusat Pembangkit
yang jauh dari
pusat kontrol.
Telecontrolling digunakan untuk: Membuka dan
menutup PMT (circuit
breaker) sisi 150
kV, baik untuk
Line Feeder maupun untuk Trafo Distribusi.
2. Telesignaling atau
teleindikasi, yaitu
mengumpulkan informasi mengenai kondisi sistem
dan indikasi operasi, kemudian menampilkannya pada
pusat kontrol secara real time. Setiap perubahan kondisi sistem
langsung dapat diketahui tanpa menunggu
laporan dari Operator
di Gardu Induk dan
pusat tenaga listrik. Informasi indikasi perlu untuk
mengetahui bahwa operasi yang
dijalankan (seperti pemutusan
Circuit Breaker) telah berhasil. Keadaan
yang dapat dipantau
adalah sebagai berikut :
a. Status PMT/PMS.
b. Alarm-alarm
seperti proteksi dan peralatan lain.
c. Posisi kontrol jarah jauh.
d. Posisi perubahan tap transformator.
e. Titik
pengesetan unit pembangkit tertentu.
3. Telemetering, yaitu
melaksanakan pengukuran besaran-besaran sistem tenaga listrik pada
seluruh bagian sistem,
lalu menampilkannya pada Pusat
Kontrol. Besaran-besaran yang dapat diukur adalah sebagai berikut:
a. Tegangan bus bar.
b. Daya aktif dan reaktif unit pembangkit.
c. Daya
aktif dan reaktif
trafo 500/ 150 KV, 150/30 KV dan 150/22 KV.
d. Daya
aktif dan reaktif penghantar/penyulang.
e. Frekuensi Sistem
Besaran seperti daya, arus dan tegangan di
seluruh bagian sistem
nantinya berpengaruh pada perencanaan
maupun pelaksanaan operasi sistem tenaga.
No comments:
Post a Comment